Secara umum Pengemasan merupakan sistem yang
terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan,
didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus
dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada
di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan,
benturan, getaran).
Kemasan adalah desain kreatif
yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi dan elemen-elemen
desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan
untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan,
mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar (Klimchuk dan Krasovec,
2006:33).
Di samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan
suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang
memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi
wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli.
Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam
perencanaannya.
Kemasan yang dirancang dengan
baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan. Kemasan adalah
bagian pertama produk yang dihadapi pembeli dan mampu menarik atau
menyingkirkan pembeli. Pengemasan suatu produk biasanya dilakukan oleh produsen
untuk dapat merebut minat konsumen terhadap pembelian barang. Produsen berusaha
memberikan kesan yang baik pada kemasan produknya dan menciptakan model kemasan
baru yang berbeda dengan produsen lain yang memproduksi produk-produk sejenis
dalam pasar yang sama.
Budaya kemasan sebenarnya telah dimulai sejak manusia
mengenal sistem penyimpanan bahan makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan
secara tradisional diawali dengan memasukkan bahan makanan ke dalam suatu wadah
yang ditemuinya. Dalam perkembangannya di bidang pascapanen, sudah banyak
inovasi dalam bentuk maupun bahan pengemas produk pertanian. Temuan kemasan
baru dan berbagai inovasi selalu dikedepankan oleh para produsen produk-produk
pertanian, dan hal ini secara pasti menggeser metode pengemasan tradisional
yang sudah ada sejak lama di Indonesia.
Pengemasan tradisional
Ragam kemasan makanan tradisional yang sering dijumpai
seperti kemasan dengan menggunakan daun pisang, kelobot jagung (pelepah daun
jagung), daun kelapa/enau (aren), daun jambu air dan daun jati.
Cara pengemasannyapun dilakukan dengan berbagai macam
cara seperti dapat dilihat dalam Tabel berikut:
Cara mengemas
|
Bahan kemasan
|
Menggulung
|
Daun pisang
Daun bambu Daun/kelobot jagung |
Merobek
|
Daun pisang
Daun jambu |
Membalut dengan pembalut
|
Daun pisang
Daun kelapa |
Menganyam
|
Daun kelapa
|
Pengemasan, di atas bertujuan untuk melindungi makanan
dari kerusakan, juga merupakan daya pikat-bagi orang agar terpesona untuk
menikmatinya.
Persyaratan Bahan Kemas
Persyaratan Bahan Kemas
Dalam menentukan fungsi perlindungan dari pengemasan,
maka perlu dipertimbangkan aspek-aspek mutu produk yang akan dilindungi. Mutu
produk ketika mencapai konsumen tergantung pada kondisi bahan mentah, metode
pengolahan dan kondisi penyimpanan.
Dengan demikian kemasan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
- Kemampuan/daya membungkus yang baik untuk memudahkan dalam penanganan, pengangkutan, distribusi, penyimpanan dan penyusunan/ penumpukan.
- Kemampuan melindungi isinya dari berbagai risiko dari luar, misalnya perlindungan dari udara panas/dingin, sinar/cahaya matahari, bau asing, benturan/tekanan mekanis, kontaminasi mikroorganisme.
- Kemampuan sebagai daya tarik terhadap konsumen. Dalam hal ini identifikasi, informasi dan penampilan seperti bentuk, warna dan keindahan bahan kemasan harus mendapatkan perhatian.
- Persyaratan ekonomi, artinya kemampuan dalam memenuhi keinginan pasar, sasaran masyarakat dan tempat tujuan pemesan.
- Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar yang ada, mudah dibuang, dan mudah dibentuk atau dicetak.
Dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi kemasan
tersebut maka kesalahan dalam hal memilih bahan baku kemasan, kesalahan memilih
desain kemasan dan kesalahan dalam memilih jenis kemasan, dapat diminimalisasi.
Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut maka kemasan harus memiliki
sifat-sifat :
- Permeabel terhadap udara (oksigen dan gas lainnya).
- Bersifat non-toksik dan inert (tidak bereaksi dan menyebabkan reaksi kimia) sehingga dapat mempertahankan warna, aroma, dan cita rasa produk yang dikemas.
- Kedap air (mampu menahan air atau kelembaban udara sekitarnya).
- Kuat dan tidak mudah bocor.
- Relatif tahan terhadap panas.
- Mudah dikerjakan secara massal dan harganya relatif murah.
Cara-cara
pengemasan sangat erat berhubungan dengan kondisi komoditas atau produk yang
dikemas serta cara transportasinya. Pada prinsipnya pengemas harus memberikan
suatu kondisi yang sesuai dan berperan sebagai pelindung bagi kemungkinan
perubahan keadaan yang dapat memengaruhi kualitas isi kemasan maupun bahan
kemasan itu sendiri.
Kemasan
dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal antara lain:
- Kemasan Sekali Pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik es, bungkus permen, bungkus daun, karton dus, makanan kaleng.
- Kemasan yang Dapat Dipakai Berulang Kali (Multi Trip), seperti beberapa jenis botol minuman (limun, bir) dan botol kecap. Wadah-wadah tersebut umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik.
- Kemasan yang Tidak Dibuang (Semi Disposable). Wadah-wadah ini biasanya digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai, misalnya kaleng biskuit, kaleng susu, dan berbagai jenis botol. Wadah-wadah tersebut digunakan untuk penyimpanan bumbu, kopi, gula, dan sebagainya.
2. Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu:
- Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe)
- Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus, keranjang tempe, dan sebagainya.
- Kemasan Tersier dan Kuartener, yaitu apabila masih diperlukan lagi pengemasan setelah kemasan primer, sekunder dan tersier. Umumnya digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan.
- Kemasan fleksibel, yaitu bila bahan kemas mudah dilenturkan, misalnya plastik, kertas, foil.
- Kemasan kaku, yaitu bila bahan kemas bersifat keras, kaku, tidak tahan lenturan, patah bila dipaksa dibengkokkan. Misalnya kayu, gelas, dan logam.
- Kemasan semi kaku/semi fleksibel, yaitu bahan kemas yang memiliki sifat-sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku, seperti botol plastik (susu, kecap, saus) dan wadah bahan yang berbentuk pasta.
- Kemasan Hermetis, yaitu wadah yang secara sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, misalnya kaleng dan botol gelas.
- Kemasan Tahan Cahaya, yaitu wadah yang tidak bersifat transparan, misalnya kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan yang difermentasi.
- Kemasan Tahan Suhu Tinggi, jenis ini digunakan untuk bahan pangan yang memerlukan proses pemanasan, sterilisasi, atau pasteurisasi.
5. Tingkat Kesiapan pakai
- Wadah Siap Pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol, wadah kaleng, dan sebagainya.
- Wadah Siap Dirakit atau disebut juga wadah lipatan, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.
Kemasan Fleksibel
Di samping jenis-jenis kemasan di atas, dewasa ini telah berkembang pesat sistem pengemasan secara fleksibel, yaitu sistem pengemasan yang dapat melentur mengikuti bentuk bahan yang dikemas. Bahan pengemas fleksibel terdiri dari berbagai jenis kertas, cellulose films, film plastik, kertas timah coatings, bonding adhesives, dan kombinasi dari bahan-bahan tersebut.Pengemas fleksibel ini banyak digunakan dalam pembungkusan berbagai komoditas dan produk olahannya seperti buah-buahan (manisan, pisang sale, durian, nangka), daging (abon, dendeng, sosis), ikan (dendeng ikan, kerupuk ikan, ikan teri goreng), makanan lengkap (mie, bihun, sambal goreng), bumbu lengkap (gule, opor, rawon, dan sup), rempah-rempah (cabai giling, kunyit, pala, vanili), makanan lainnya (biskuit, kembang gula, dodol, coklat).
Cara mengemas komoditas pertanian dan produk olahan dalam
pengemas fleksibel dapat dilakukan dengan cara:
- Secara manual, dengan menggunakan tangan tanpa bantuan alat/mesin. Contohnya : membungkus tempe dengan daun atau plastik, kembang gula, membungkus teh dalam kemasan kertas, dan sebagainya.
- Semi mekanik, menggunakan tangan dengan dibantu peralatan tertentu, misalnya menutup botol kecap/minuman, penggunaan heat sealer untuk merekatkan plastik.
- Mekanis, dengan mesin kemas yang digerakkan oleh tenaga listrik/motor berkecepatan tinggi. Umumnya proses pengemasan bersamaan dengan proses pengisian bahan dalam satu unit mesin seperti pengisian botol minuman ringan, obat-obatan, dan sebagainya.
Pemasaran kemasan ini akhir-akhir ini menjadi populer
untuk mengemas berbagai produk baik padat maupun cair. Dipakai sebagai
pengganti kemasan rigid maupun kemas kaleng atas pertimbangan ekonomis kemudahan
dalam penanganan.
Peraturan
Kemasan makanan dan minuman di Indonesia.
Indonesia memiliki beberapa hal yang harus dicantumkan di
kemasan makanan dan minuman. Jika hal ini tidak dipenuhi, maka kemasan tersebut
tidak memenuhi peraturan dari BPPOM yang tercantum di dalam CPPB-IRT (Cara
pengolahan pangan yang baik - Industri Rumah Tangga).
Fungsi
Kemasan
Banyak perusahaan yang sangat memperhatikan pembungkus
suatu barang sebab mereka menganggap bahwa fungsi kemasan tidak hanya sebagai
pembungkus, tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Simamora (2007) mengemukakan
pengemasan mempunyai dua fungsi yaitu:
1. Fungsi Protektif
1. Fungsi Protektif
Berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan iklim,
prasarana transportasi, dan saluran distribusi yang semua berimbas pada
pengemasan. Dengan pengemasan protektif, para konsumen tidak perlu harus
menanggung risiko pembelian produk rusak atau cacat.
2.
Fungsi Promosional
Peran kemasan pada umumnya dibatasi pada perlindungan
produk. Namun kemasan juga digunakan sebagai sarana promosional. Menyangkut
promosi, perusahaan mempertimbangkan preferensi konsumen menyangkut warna, ukuran,
dan penampilan.
Sedangkan menurut Kotler (1999:228), terdapat empat
fungsi kemasan sebagai satu alat pemasaran, yaitu :
- Self service.
Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses penjualan, dimana
kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan konsumen dan
memberi kesan menyeluruh yang mendukung produk.
- Consumer offluence.
Konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi kemudahan, penampilan,
ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih baik.
- Company and brand image.
Perusahaan mengenal baik kekuatan yang dikandung dari kemasan yang dirancang
dengan cermat dalam mempercepat konsumen mengenali perusahaan atau merek
produk.
- Inovational opportunity.
Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi konsumen dan juga memberi
keuntungan bagi produsen.
Tujuan Kemasan
Menurut Louw dan Kimber (2007), kemasan dan pelabelan
kemasan mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
- Physical Production. Melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan, tekanan dan sebagainya.
- Barrier Protection. Melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan sebagainya.
- Containment or Agglomeration. Benda-benda kecil biasanya dikelompokkan bersama dalam satu paket untuk efisiensi transportasi dan penanganan.
- Information Transmission. Informasi tentang cara menggunakan transportasi, daur ulang, atau membuang paket produk yang sering terdapat pada kemasan atau label.
- Reducing Theft. Kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan rusak secara fisik (menunjukkan tanda-tanda pembukaan) sangat membantu dalam pencegahan pencurian. Paket juga termasuk memberikan kesempatan sebagai perangkat anti-pencurian.
- Convenience. Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi, penanganan, penjualan, tampilan, pembukaan, kembali penutup, penggunaan dan digunakan kembali.
- Marketing. Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk mendorong calon pembeli untuk membeli produk.
Daftar Pustaka
Klimchuk, Marianne dan Sandra A. Krasovec. 2006. Desain
Kemasan. Jakarta: Erlangga.
Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I.
Edisi ke 13. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip. 1999. Manajemen Pemasaran. Jilid II.
Edisi Milenium. Jakarta: Prenhallindo.
Rangkuti, Freddy. 2005. Analisis SWOT: Teknik Membedah
Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia.
Simamora, Bilson. 2007. Panduan Riset dan Perilaku
Konsumen. Jakarta: Gramedia.
Louw, A. & Kimber, M. 2007. The Power of Packaging,
The Customer Equity Company.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengemasan
http://kewirausahaan.net/produk-kreatif-dan-kewirausahaan-konsep-desain-prototype-dan-kemasan-produk-barangjasa/
0 comments:
Post a Comment