Monday, January 14, 2019

Jenis Teater Tradisional di Indonesia

Teater Tradisional
Teater tradisional juga sering disebut "teater daerah" sebagai bentuk kesenian teater yang bersumber dari masyarakat suatu daerah, berakar pada masyarakat dan dianggap sebagai milik sendiri oleh suatu masyarakat lingkungannya. Pengolahan teater daerah berdasarkan cita rasa masyarakat pendukungnya. 
Ciri-ciri teater tradisional bersifat spesifik kedaerahan dan menggambarkan kebudayaan lingkungannya.
Ciri-ciri utama Teater Tradisional antara lain;
1. Bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah, dengan logat dan gaya bahasa daerah.
2. Tanpa skenario rinci dan lebih mengutamakan improvisasi.
3. Terdapat unsur nyanyian dan tarian daerah.
4. Menggunakan iringan tetabuhan alat musik tradisional daerah (musik daerah).
5. Diwarnai dengan banyolan/ dagelan yang mengundang tawa penonton.
6. Terjalin keakraban antara pemain dan penonton.
7. Suasana pertunjukan santai.

Jenis-Jenis Teater Tradisional
Jenis-jenis teater yang dapat dikelompokan ke dalam Teater Tradisional yaitu;

a. Teater Rakyat
Teater rakyat lahir secara spontanitas dalam kehidupan masyarakat, dihayati oleh masyarakat, dan berkembang mengikuti perkembangan kebudayaan masyarakatnya. Pada umumnya teater rakyat terlahir karena dorongan kebutuhan masyarakat akan suatu hiburan, yang kemudian meningkat untuk kepentingan lain seperti; kebutuhan akan tradisi upacara adat (upacara pernikahan adat, dan lain-lain).
Jenis-jenis teater rakyat yang terdapat di beberapa daerah di Indonesia seperti; Makyong (Riau), Randai (Sumatra Barat), Mamanda (Kalimantan), Topeng Arja (Bali), Sinrilli (Sulawesi), Sandiwara Sunda, Wayang Golek, Pantun Sunda, Bengbengberokan (Jawa Barat), Lenong, Topeng Betawi (DKI Jakarta), Debus, Ubrug (Banten), Ketoprak, Wayang Purwa, Wayang Orang (JawaTengah), Ludruk, Reog Ponorogo, Gambuh, Calonarang (Jawa Timur).

b. Teater Klasik
Teater klasik merupakan perkembangan seni teater yang telah mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam penggarapannya baik secara teknis maupun corak teaternya. Adanya pembinaan dan pelatihan secara terus menerus dari kalangan atas, seperti raja, bangsawan, atau tingkat sosial lainnya membuat kwalitas jenis teater ini mengalami kemapanan. Oleh karena itu jenis kesenian klasik ini kebanyakan lahir di lingkungan istana (pusat kerajaan). Terdapat batasan-batasan atau aturan dalam pementasan teater klasik, seperti aturan etis (kesopanan), estetis (keindahan) yang telah ditentukan.
Jenis-jenis teater klasik yaitu seperti wayang kulit, wayang wong (Jawa Tengah), wayang golek (Jawa Barat).

c. Teater Transisi
Teater transisi pada dasarnya juga bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya pementasannya banyak dipengaruhi oleh teater barat. Pengaruh teater barat terlihat pada tata cara penyajian teater transisi ini. Meskipun teater transisi belum secara utuh setia terhadap naskah teater, namun karena tumbuh dari masyarakat kota serta banyak dimainkan oleh para pendatang, teater ini tidak mencerminkan aspirasi rakyat secara utuh.
Jenis-jenis teater transisi pada masa awal, yaitu seperti sandiwara Dardanella dan komedi Stambul (teater semacam ini lebih disebut dengan istilah "sandiwara"). Sedangkan teater transisi masa sekarang, yaitu seperti sandiwara Srimulat (Jawa Timur), sandiwara Sunda (Jawa Barat), Sandiwara Bangsawan (Sumatra Selatan dan Utara).

Teater tradisional sebagai jenis seni teater yang tertua dan lahir di tengah masyarakat, biasanya juga masih memiliki kaitan dengan upacara adat atau keagamaan.
Berikut beberapa teater tradisional yang masih berkembang hingga saat ini:

1. Ketoprak


https://www.kata.co.id/users_media/2/ketoprak-kolosal1.jpg

Ketoprak adalah jenis teater yang lahir dan berkembang di Yogyakarta sekitar 1925-1927. Ketoprak awalnya dikenal dengan nama Ketoprak Ongkek atau Ketoprak Barangan yang hampir setingkat dengan ngamen. Alat-alat musik pengiringnya terdiri atas kenong, gendang, terbang, dan seruling. Biasanya, teater ini dilakukan dengan menari, berjoget disertai nyanyian dan dialog-dialog dalam bahasa Jawa sehari-hari. Pentasnya di tempat terbuka atau di dalam ruangan, bahkan dipentaskan pula dilingkungan keraton. Lakon yang dibawakan merupakan cerita rakyat dan kisah  kepahlawanan. Pementasan ketoprak menggunakan unsur lawakan atau dagelan disertai dengan tarian atau gerakan yang sederhana serta waktu pertunjukannya singkat.

2. Lenong

https://www.kata.co.id/users_media/2/ketoprak-kolosal1.jpg

Seni teater ini berasal dari Jakarta, tepatnya suku Betawi. Pertunjukan lenong biasanya diiringi dengan gambang kromong dan bercerita tentang hubungan sesama manusia (mengandung pesan moral). Bahasa yang digunakan pun juga bahasa Betawi. Biasanya pertunjukan ini bersifat komedi diiringi dengan sindiran halus.

Pada awal kemunculannya, seni teater ini hanya hadir di setiap acara tertentu dan bersifat ‘ngamen’ lalu para pemain meminta bayaran sukarela kepada para penonton dengan cara mengitari penonton. Namun, seiring perkembangan, lenong mulai tampil di atas panggung dan mulai merambah ke dunia pertelevisian.


Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. Dalam lenong denes (dari kata denes dalam dialek Betawi yang berarti "dinas" atau "resmi"), aktor dan aktrisnya umumnya mengenakan busana formal dan kisahnya ber-seting kerajaan atau lingkungan kaum bangsawan, sedangkan dalam lenong preman busana yang dikenakan tidak ditentukan oleh sutradara dan umumnya berkisah tentang kehidupan sehari-hari. 

Selain itu, kedua jenis lenong ini juga dibedakan dari bahasa yang digunakan; lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang halus (bahasa Melayu tinggi), sedangkan lenong preman menggunakan bahasa percakapan sehari-hari.

Kisah yang dilakonkan dalam lenong preman misalnya adalah kisah rakyat yang ditindas oleh tuan tanah dengan pemungutan pajak dan munculnya tokoh pendekar taat beribadah yang membela rakyat dan melawan si tuan tanah jahat. Sementara itu, contoh kisah lenong denes adalah kisah-kisah 1001 malam.
Pada perkembangannya, lenong preman lebih populer dan berkembang dibandingkan lenong denes.

3. Ludruk


https://www.kata.co.id/users_media/2/ludruk1.jpg

Ludruk adalah salah satu jenis kebudayaan asli dari daerah yang ada di Jawa Timur. Ludruk merupakan pementasan seni drama yang bersifat tradisional yang dimainkan oleh kelompok kesenian diatas panggung. yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki Cerita dari sebuah pementasan ludruk berasal dari kehidupan masyarakat sehari-hari, cerita perjuangan, dan lain sebagainya yang disertai dengan lawakan para pemainnya. Pementasan drama ludruk juga diiringi dengan iringan musik gamelan.


Berbeda dengan ketoprak yang menceritakan kehidupan istana, ludruk menceritakan kehidupan sehari-hari rakyat jelata, yang seringkali dibumbui dengan humor dan kritik sosial, dan umumnya dibuka dengan Tari Remo dan parikan.

4. Mamanda


https://www.kata.co.id/users_media/2/teater-mamanda.jpg

Mamanda berkembang di Kalimantan Selatan. Yang paling mencolok dalam pertunjukan mamanda adalah busana yang digunakan oleh pemain Mamanda, busana yang dikenakan memang sengaja dibuat gemerlap dan mewah. Pertunjukan Mamanda memiliki kesamaan dengan pertunjukan Lenong jika dilihat dari interaksi antar pemain dan penonton, dimana penonton juga dapat ikut aktif berseloroh dan berkomentar atas adegan yang dipertunjukkan. Hingga saat ini kebanyakan cerita yang ditampilkan dalam pertunjukan Mamanda adalah cerita dengan tema istanasentris yang membahas kehidupan raja dan bawahannya. Dalam Mamanda, dialog pemain tidak terikat oleh naskah, pemain Mamanda dapat berimprovisasi sesuka hati.

5. Makyong
https://www.kata.co.id/users_media/2/str2_oumakyong_ou_3-770x470.jpg

Makyong merupakan perpaduan antara seni tari dan seni teater Melayu tradisional, tepatnya di Kepulauan Riau dan sangat berkembang pesat pada zaman Kerajaan Johor. Seni ini menggabungkan instrumen, vokal, dialog, tari, dan unsur ritual di dalamnya. Selain sebagai upacara persembahan, makyong juga digunakan sebagai adat istiadat di daerah Riau.
Pada jaman dahulu Makyong hanya berupa seni tari dan menyanyi, namun seiring berkembangan jaman, kesenian Maknyong mengadopsi cerita rakyat, dan cerita legenda. Ketika dipentaskan unsur tarian, nyanian dan humor jenaka mendominasi keseluruhan pertunjukan. Dalam Teater Makyong, wajah pemain pria selalu ditutupi dengan topeng sedangkan tokoh wanita tidak ditutupi oleh topeng.

6. Randai

https://www.kata.co.id/users_media/2/an_1.jpg

Randai adalah salah satu permainan tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian. Randai menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat menjadi satu.
Seperti makyong, randai merupakan perpaduan berbagai macam seni yaitu drama, tari, lagu, dan silat.  Cerita yang ditampilkan berupa cerita tentang kehidupan sehari-hari atau cerita rakyat daerah Minangkabau. Pada awal kemunculannya, randai digunakan untuk mengiringi pembacaan gurindam (semacam puisi yang terikat dengan peraturan tertentu).

7. Wayang orang / Wayang Wong


https://www.kata.co.id/users_media/2/wayang-orang.jpg

Wayang orang atau disebut juga wayang wong adalah cerita yang mengambil lakon dalam kisah pewayangan (wayang purwa /wayang kulit). Kisah yang diambil seputar cerita Mahabarata dan Ramayana versi Jawa (ringgit purwa). Dipentaskan dengan pemeran orang-orang dewasa dan disajikan dengan gerakan tari. Tata rias dan tata busana dalam teater ini bersifat mengikat dan harus disesuaikan dengan pakem dalam pewayangan.
Wayang orang disebut juga kesenian tradisional multimedia karena merupakan gabungan dari seni-seni yang lain seperti seni sastra (naskah/cerita), musik (gamelan dan tembang), drama (dialog dan akting), tari (tarian dan gerakan), serta seni rupa (properti, busana, panggung, dan tata rias). Wayang wong ditemukan oleh Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792) ataupun Mangkunegara I (1757-1795). Keraton menganggap bahwa wayang orang selain sebagai hiburan juga sebagai bagian ritual kenegaraan, seperti upacara pernikahan, khitanan, dan penyambutan tamu. Wayang orang mengalami masa gemilang pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII (1921-1939) yang menghasilkan sebelas pementasan wayang orang. Pertunjukan ini dipentaskan secara maraton selama tiga sampai empat hari dengan melibatkan sekitar 300-400 penari pria.

8. Reog

https://blogkulo.com/wp-content/uploads/2017/10/Reog-Ponorogo.jpg.webp

Reog adalah seni tradisional hiburan  rakyat yang dipertontonkan dalam bentuk  tarian di tempat terbuka. Reog mengandung unsur magis. Penari utamanya mengenakan hiasan topeng berkepala singa dengan hiasan bulu merak yang mengembang ke atas seperti kipas berukuran besar. Beberapa penari lainnya bertopeng dan berkuda lumping yang semuanya laki-laki, biasanya mengenakan baju khas Jawa dan berkaos loreng (putih dengan strip horizontal berwarna merah). Tontonan tradisional ini bersifat humor (jenaka) yang mengandung sindiran atau plesetan terhadap situasi dan kondisi masyarakat

9. Arja


https://blogkulo.com/wp-content/uploads/2017/10/Dramatari-Arja-Bali.jpg.webp

Di Bali cukup banyak bentuk teater tradisional. Di antara yang banyak itu, salah satunya adalah Arja. Arja juga merupakan teater tradisional Bali yang bersifat kerakyatan. Penekanan pada tontonan Arja adalah tarian dan nyanyian. Pada awalnya tontonan Arja dimainkan oleh laki-laki, tapi pada perkembangannya lebih banyak pemain wanita, karena penekanannya pada tari. Arja umumnya mengambil lakon dari Gambuh, yaitu yang bertolak dari cerita Gambuh. Namun pada perkembangannya dimainkan juga lakon dari Ramayana dan Mahabharata. Tokoh- tokoh yang muncul dalam Arja adalah Melung (Inye, Condong) pelayan wanita, Galuh atau Sari, Raja Putri, Limbur atau Prameswari, mantri dan lain sebagainya

10. Dulmuluk
https://www.kata.co.id/users_media/2/dulmuluk.jpg

Dulmuluk adalah teater tradisional yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan. Nama dulmuluk diambil dari nama tokoh cerita yang terdapat dalam Hikayat Abdoel Moeloek. Teater tradisional Dulmuluk ini juga dikenal dengan sebutan Teater Indra Bangsawan. Tontonan Dulmuluk ini juga menggunakan sarana tari, nyanyi dan drama sebagai bentuk ungkapannya, dan musik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tontonan, karena pemain juga menyanyikan dialog-dialognya. Humor dan banyolan sangat dominan dalam tontonan Dulmuluk, yang memadukan unsur-unsur tari, nyanyi dan drama ini.

0 comments:

Post a Comment